Friday, June 29, 2007

Cara Mudah Hancurkan Zionis (Tamat)

eramuslim.com - Fatwa boikot produk Israel dan AS yang diserukan Yusuf Qaradhawy disambut gegap-gempita oleh aktivis kemanusiaan dunia dari Eropa hingga Asia, setelah Denmark, Perancis, Inggris, maka Swedia dan lainnya juga merespon dengan sangat antusias. Inilah di antaranya:

Respon di Swedia

Anna Lind, Menteri Luar Negeri Swedia, menegaskan dirinya akan turut menyukseskan kampanye boikot produk Israel. Ini dikutip oleh semua media terbitan Swedia tanggal 20 April 2002. “Saya akan memboikot produk-produk Israel yang banyak dijajakan di sejumlah supermarket negeri ini, khususnya buah-buahan seperti jeruk dan alpukat, ” ujar Lind.

Saat berbicara dalam sebuah tayangan televisi Swedia (19 April 2002), Anna Lind menyatakan, “Jika pun saya tidak mampu untuk mempengaruhi kebijakan pemerintah Swedia untuk bersatu dalam barisan kampanye boikot produk Israel, saya pribadi akan tetap melakukan aksi ini. ” Tindakannya ini, ujar Lind, dilakukan sebagai bentuk protes dan kecaman terhadap kebiadaban tentara Zionis-Israel terhadap warga Palestina.

Lind merupakan salah satu aktivis dari Partai Sosial Demokrat yang secara resmi memang bersimpati pada perjuangan bangsa Palestina dalam merebut kemerdekaannya dari penjajahan Zionis-Israel. Menteri Luar Negeri yang baru, Stein Anderson, juga berasal dari partai yang sama dengan Lind dan secara pribadi juga bersahabat akrab dengan Presiden Palestina Yasser Arafat.

Menteri Kerjasama Internasional Palestina, Nabil Shaat, ketika berkunjung ke Ibukota Swedia, Stockholm, bertemu dengan PM Goeran Persson. Pemerintah Swedia, ujar Persson, akan memberikan bantuan uang kepada Palestina sebesar 350 Swedish Corona atau mendekati 35 juta dollar AS untuk membangun kembali kamp pengungsian di Jenin dan wilayah sekitarnya yang luluh-lantak akibat kekejaman tentara Zionis yang melancarkan aksi pembantaian di Jenin.

Shaat juga bertemu dengan Lind yang menyatakan kaget dengan apa yang menimpa warga Palestina. Lind dalam kesempatan itu berjanji akan membantu bangsa Palestina dengan sekuat tenaga. Shaat sangat terharu atas perhatian pemerintah Swedia yang menunjukkan empati demikian tinggi terhadap nasib bangsa Palestina. Di kantor-kantor pemerintah, dari pegawai rendahan hingga pejabat tingginya banyak yang memakai pin bertuliskan “Boikot Israel”.

Setelah terjadinya pembantaian warga Palestina di Jenin, segenap masyarakat Swedia turun ke jalan-jalan melakukan unjuk rasa mengecam ulah biadab tentara Zionis pimpinan Ariel Sharon waktu itu. Dalam aksinya, mereka mengusung pamflet dan spanduk panjang yang berisi kecaman terhadap Sharon dan menyebutnya sebagai pembunuh berdarah dingin. Ada pula yang menulisi spanduknya dengan kalimat “Bush is a killer” atau “Zionism is Fascism”.

Beberapa kelompok Yahudi di Swedia juga menggelar aksi tandingan. Di sejumlah tempat, bentrokkan tak terelakkan yang berakhir dengan kedatangan polisi yang menyemprotkan gas air mata untuk melerai kedua kelompok tersebut.

Di kota Obsala, peserta aksi unjuk rasa mengenakan pakaian hitam-hitam, menutup mulutnya, sambil membawa lilin dalam satu acara di malam hari. Mayoritas warga Swedia dengan tegas menyatakan berdiri di samping Palestina. Kian hari kian banyak warga Swedia yang bergabung dalam kampanye boikot produk Israel. Bahkan masalah Palestina menjadi salah satu agenda utama pembahasan di dalam pemilihan umum parlemen di bulan September 2002.

Di Rusia

Liga Muslim Rusia juga tidak ketinggalan ikut serta dalam menyukseskan kampanye boikot produk Israel dan Amerika. Mereka men-sweeping pasar-pasar dan sejumlah supermarket di Rusia. Aneka selebaran dan poster berisi seruan boikot ditempelkan di sejumlah tempat keramaian. Ini dilakukan sebagai bentuk protes atas kekejaman tentara Zionis yang terus-menerus melakukan pembantaian terhadap bangsa Palestina.

Pada tanggal 2-4 Mei 2002, di timur Rusia diselenggarakan konferensi Liga Muslim Rusia mengambil tema “Muslim Rusia dan Isu-Isu Kontemporer”. Sheikh Nafiullah Ashirov, pimpinan Liga Muslim Rusia, menyerukan agar Muslim Rusia wajib memboikot produk Israel dan Amerika. “Membeli produk Israel dan Amerika berarti Anda telah membantu mereka membunuhi bangsa Palestina!” tegas Ashirov seperti termuat dalam situs www.Islam. Ru.

Ashirov juga menyebut aksi boikot sebagai jihad kecil melawan Israel bagi siapa pun yang belum diberi kesempatan untuk melakukan jihad besar melawan Israel di tanah Palestina. Ashirov juga menuding Amerika sebagai negara yang dengan nyata membantu Israel dan juga secara langsung memerangi umat Islam dunia.

Mufti Republik Tataristan, Othman Isaacov, dengan penuh empati menyatakan sikapnya, “Hati kami berada di Palestina, dan jiwa kami ada di Afghanistan. Kami menyerukan kepada saudara-saudaraku seiman di seluruh dunia untuk mengambil bagian dalam peperangan abadi melawan musuh-musuh Allah ini. Salah satu jalan terbaik untuk menolong saudara-saudara kita di Palestian dan Afghan adalah dengan jalan memboikot produk-produk mereka. ”

Harian Islam Rusia, Al-Fikr, memuat sejumlah produk AS dan Israel yang diserukan untuk diboikot, antara lain produk Coca-Cola, Pepsi-Cola, Heinz, New Alex, Rodina, California Gardens, dan sebagainya.

Kampanye boikot produk Israel dan AS yang bergema di seluruh dunia ditanggapi Israel dengan sikap reaktif. Asosiasi Manufaktur Israel menyatakan kekecewaannya atas kampanya boikot yang diserukan oleh Eropa. Akibat seruan boikot ini, banyak rekanan Israel di Eropa yang membatalkan pembelian dan perjanjian bisnisnya.

Asosiasi ini juga mendesak pemerintahnya untuk sesegera mungkin memberikan bantuan dan menjamin kelancaran ekspor produk-produk Israel ke luar negeri agar permintaan bisa kembali lancar. Ini dilakukan karena di sejumlah negara Eropa, produk-produk Israel tertahan di bandara atau pelabuhan karena serikat buruh setempat menolak untuk mengangkut atau memproses barang-barang negeri Zionis tersebut. Walau tidak disebutkan dengan jelas, diduga kuat, kerugian yang dialami perusahaan Israel sangatlah besar.

Israel Kolaps

Dalam waktu tidak lebih dari dua tahun, jumlah turis ke Israel turun lebih dari 90 persen, tingkat hunian hotel-hotel di Israel turun drastis hingga 47 persen (Jerusalem Post, Haim Shapiro, “Israel Hotel visits drop 47% in first half”, 24 Juli 2002).

Perusahaan maspakai penerbangan Israel, El Al, mengurangi jumlah penerbangan ke Eropa dan Amerika hingga 10-30 persen (Data dari CEO El-Al-Yitzchak Amitai dalam. Www.Globes. Co.il, “El Al-Cuts Flights to Europe & US”, 5 Mei 2002).

Israel Military Industries, mem-PHK 1. 000 pekerjanya, menutup 5 unit pabrik senjatanya, menggabungkan unit-unit usaha sebagai langkah efisiensi, dan merencanakan privatisasi (Data dari CEO IMI, Arieh Mizrahi, dalam rapat resmi dengan Federasi Pekerja Histadrust yang dipimpin oleh MK Amir Peretz, seperti dikutip dari Harian Ha’aretz, by Haim Bior, “Israel Military Industries set to fire 1000 workers and close factories”, 11/8/ 2002).

IMI mengalami defisit keuangan sekitar 30-40 juta dollar AS di tahun 2002. Venture Capital Funds (VCs) yang menanamkan investasi di Israel antara tahun 1999 hingga 2001 telah kehilangan hingga 5 miliar dollar AS dari keseluruhan investasi sebesar 6, 5 miliar dollar AS (Ha'aretz, by Oded Hermoni, “Investors lose $5 billion on Israeli startups”, 5 Agustus 2002).

Yoram Tietz dari Ernst & Young Israel (Kost, Forer & Gabbay): “Dua miliar dollar AS hilang akibat penutupan sejumlah perusahaan, tiga miliar dollar AS hilang akibat terdepresi oleh situasi perekonomian dan politik di Israel yang menunjukkan grafik yang kurang menguntungkan. ”

Dalam kuartal kedua 2002, laba perusahaan-perusahaan hi-tech di Israel dari sisi investasi dan kerjasama proyek turun 43 persen atau 291 juta dollar AS dibanding pendapatan dalam kuartal yang sama di tahun 2001 (Data Israel Venture Capital, dari The Jerusalem Post, by Mati Wagner, “Venture Capital Investments in Israel down 43% in Q2”, 24/7/ 2002).

Dana Dari Amerika

Mengetahui Zionis-Israel sekarat, Zionis Amerika lekas-lekas menolong. Paul Wolfowitz menggelar acara penggalangan dana besar-besaran untuk Israel bertajuk “Stand with Israel”. Dana miliaran dollar AS mengalir deras ke Israel dalam tempo singkat. Perusahaan-perusahaan AS bergotong royong dengan pemerintahan Bush menggelontorkan dana miliaran dollar ke negeri Zionis tersebut. Israel tidak jadi tewas. Amerika menjadi dewa penolongnya.

Sekarang, masihkah kita mau menyalurkan uang kita ke perusahaan-perusahaan pro Zionis? Masihkah kita sudi membelanjakan uang kita ke mereka? Jika Yahudi Neturei Karta saja memboikot produk AS dan Israel, maka jika kita masih saja berbelanja produk AS dan Israel, maka sesungguhnya kita lebih buruk dari pada Yahudi. Bukan saja Yahudi terlaknat, tapi bisa jadi, kita pun terlaknat. (Tamat/Rizki Ridyasmara)

Monday, June 25, 2007

[serial pengorbanan]: DEMI RASULKU YANG TERCINTA

[serial pengorbanan]: DEMI RASULKU YANG TERCINTA
Oleh: Engr. Faridul Farhan Abd Wahab “bisakah ketemu al-Musthafa di Syurga?”
Tatkala duduk Umar Abdul Aziz di atas mimbar dewan pada hari pertama kekhalifahannya, datang orang ramai mengucapkankan tahniah di atas pemerintahan yang, di kemudian harinya, memahat legacynya yang tersendiri. Selanjutnya, masuk tiga orang pemuda yang sedang berada di puncak usia kemudaan, lalu langsung duduk di atas kerusi. Pantas bertanya sang amirul mukminin; “anak siapakah kalian?”

Jawab pemuda pertama; “Anak gabenor Basrah pada masa pemerintahan Abdul Malik ibnu Marwan.” Umar ibnu Abdul Aziz diam tak berkata.

“Aku anak salah seorang panglima pasukan yang ada di bawah pimpinan al-Walid ibnu Abdul Malik,” jawab pemuda kedua. Terdiam juga sang khalifah, tidak ada apa yang boleh menarik minatnya.

Tiba giliran pemuda ketiga. “Aku adalah anak Qatadah ibnu Nu’man al-Anshari, yang matanya terluka dalam perang Uhud bersama Rasulullah SAW hingga bola matanya keluar sampai ke pipinya, kemudian Rasul SAW mengembalikan matanya itu ke tempatnya dengan tangannya yang mulia.”

Umar ibnu Abdul Aziz pun meneteskan air matanya dan menoleh kepada pemuda itu seraya berkata: “Itulah kemuliaan yang sesungguhnya, bukan seperti sewadah susu dicampur dengan air, kemudian sesudah itu keduanya menjadi air seni.” [1]

Di saat yang lain, Abu Ubaidah menggigit kepingan rantai topi besi yang singgah di kedua pipi Nabi SAW yang mulia, dengan menggunakan giginya, lantaran khuatir akan menyakiti Rasulullah SAW, hingga giginya serinya sendiri goyah. Demikian Abu Bakar mahu mencabut kepingan besi yang lain, berkata Abu Ubaidah, “Demi ALLAH, aku mohon kepadamu wahai Abu Bakar, biarlah kutangani sendiri!” [2]

Medan Uhud telah menjadi saksi akan kehebatan dan kebesaran jiwa para sahabat. Di tangan mereka, pengorbanan mendapat makna yang baru, bahkan lebih mendalam: iaitu cintakan Rasul SAW. Di hati sanubari mereka, Rasul-Nya SAW sentiasa hidup, hingga wajarlah hari-hari mereka dipenuhi pengorbanan-pengorbanan, yang memakamkan nama mereka dengan seribu satu karya kebesaran terhadap agama tercinta ini.

Di dalam hatiku selalu terdengar suara Nabi
Yang memerintahkan;
“Berjihadlah, berjuanglah, dan lelahkan dirimu”
dan berseru;
“menanglah, tuntutlah dan berlatihlah
dan juga berseru;
“jadilah kamu selamanya
orang yang merdeka lagi pantang menyerah” [3]

Tidak hairanlah, cinta sering membuahkan kegilaan, yang tersurat di balik sebuah pengorbanan. Tapi, cinta yang tulus pada Rasul, menjadikan kemuliaan tersirat di balik pengorbanan itu. Ia umpama matahari yang menyinari tanaman: tanaman hidup tinggi menggapai awan. Sedang cinta yang batil sekadar menyirap kegelapan di balik makna pengorbanan itu. Lalu sang tumbuhan pun tumbuh layu menanti saatnya mati dan dibasmikan.

Dengar, Sahabat,
Cinta bagaikan matahari
Hati tanpa cinta
Tak lain adalah sekeping batu! [4]
-Kabakli


Cinta Rasul umpama urat nadi, dan pengorbanan itu gerak langkah, yang mendapat sumber kekuatannya dari denyutan urat nadi dan degupan jantung itu. Bukankah hati yang cinta menghasilkan degupan jantung yang lebih kencang?

Lalu peristiwa besar pun muncul. Umat yang tadinya tidak mengenal suatu aturan, lebih mudah diatur. Suatu umat yang tadinya tidak mengenal ketaatan, akan ditanami ketaatan. Apalagi ketaatan terhadap kebenaran, bukan pada kebatilan. Itulah suatu babak kemenangan yang baru dalam sejarah penyadaran bangsa Arab [5].

Cinta Rasul-lah yang mengilhamkan Aus dan Khazraj yang selamanya bermusuh untuk mengorbankan keegoan dan kepentingan masing-masing demi sebuah episod baru dalam diari kehidupan; iaitu persaudaraan. Hinggakan watak-watak yang saling kontradiktif –bak kata al-Maududi tatkala mahu memberikan gambaran yang mudah tapi indah tentang Islam [6]- bisa bahu-membahu seperti sepasang tubuh yang menggabungkan beraneka jenis kepelbagaian: pendengaran, penglihatan, pertuturan, gerak tangan, gerak kaki, dan lain-lain fungsi kehidupan. Itulah keajaiban dan kebijaksanaan Tuhan. ALLAH tidak menganugerahkan skill kehidupan ini secara setara kepada manusia, hinggakan manusia tidak merasa ketidak-perluan terhadap manusia lainnya. Tetapi saling kepelbagaiannya kita, bahkan menjadikan kita umpama sebuah pasukan bola sepak: ada strikernya, ada midfieldnya, ada defendernya, ada keepernya, ada simpanannya, ada tukang soraknya, ada tukang cemuhnya, ada tukang bancuh airnya… Namun setiap satu saling berinteraksi dengan yang lainnya. Satu saling memperlengkap yang lain-lainnya.

Maka tumbuhkanlah cinta Rasul dalam hatimu, agar pengorbanan bisa terwatak kembali di atas pentas kehidupan, lalu kemudian bercambah menjadi “hero-hero” yang mendominasi “pawagam ketamadunan”.


RUJUKAN

[1] Dr. ‘Aidh bin ‘Abdullah al-Qarni, “Hidupkan Hatimu (ilallazina asrafu ‘ala anfusihim)”, Irsyad Baitus Salam (2006), ms. 31-32

[2] Syaikh Shafiyyur-Rahman al-Mubarakfury, “Sirah Nabawiyah (ar-Rahiqul Makhtum, Bahtsun fis-Sirah an-Nabawiyah ala Shahibiha Afdhalish-shalati was-salam)”, Pustaka al-Kautsar (2000), ms. 350-351

[3] Muhammad Ahmad ar-Rasyid, “Pelembut Hati (ar-Raqa’iq)”, Robbani Press (2003), ms. 277

[4] Yunasril Ali, “Jatuh Hati Pada Ilahi”, PT Serambi Ilmu Semesta (2003)

[5] Sa’id Hawwa, “Ar-Rasul Muhammad SAW”, CV Pustaka Mantiq (1991), ms. 516-517

[6] Abul A’la Maududi, “Towards Understanding Islam,” Islamic Foundation (1973), pg. 28

Tuesday, June 19, 2007

FANTASTIC FOUR

FANTASTIC FOUR

Faridul Farhan Abd Wahab "True Muslims are true heroes"

Saya bukanlah seorang peminat filem. Jauh lagi mahu menontonnya. Tambahan pula, rumah saya tidak ber-tv. Bukan berererti menghukumnya haram –sungguhpun Yusuf Estes menyatakannya haram- sekadar mengelak hatiku menjadi hitam, dicemari noda dunia dan maksiat mata, hingga cahaya Tuhan tidak lagi meresap masuk ke dalam jiwa.

Namun, saya tidaklah sebodoh itu untuk tidak tahu siapa saja Fantastic Four itu. Superhero-superhero dambaan umat. Perwira-perwira tokoh masyarakat. Dan ya, mereka memang hero-hero. Ya, mereka memang perwira-perwira. Fantastic Four, saya turut mengagumi mereka.

Ada yang namanya Abu Bakar. Teman setia dalam perjuangan. Teman rapat dalam perjalanan. Teman berteduh di saat kedukaan. Dari kelembutan jiwa yang tiada tara, super-power terserlah di zaman kekhalifahannya. Begitu gejolak riddah dan keengganan membayar zakat mula merebak, pantas super-power “ketegasan” ditampilkannya, sehingga sang singa Umar al-Khattab pun tidak bisa berkata apa-apa.

Ada pula yang namanya Umar al-Khattab. Kebolehan dan keupayaannya umpama Plastic Man, tapi bukan mengekspand badan, tetapi mengekspand wilayah kekuasaan. Zamannya Islam merebak mencapai kegemilangan. Zamannya Islam tersebar menggapai kecemerlangan. Zamannya tanah suci Palestin berjaya menemui kemerdekaan.

Ada juga yang namanya Usman. Kelembutan dan kedermawannya tiada tandingan. Super-power “malunya” bisa membuatkan malaikat pun malu kepadanya. Sang empunya dua cahaya, gelar apakah lagi yang lebih mulia?

Saydina Ali jangan dilupa. Pelengkap Fantastic Four yang sangat bijaksana. Dengan Rasulullah, ia punya hubungan keluarga. Jika Abu Bakar dan Umar –terhadap Rasulullah- merupakan mentua, Ali dan Usman, menantu tercinta. Memimpin Umat di tengah bencana. Tetap sabar tabah, sungguhpun dilawan. Masakan tidak, musuhnya bukanlah musuh, tetapi kawan!


Ya, saya tidak pernah lupa pada Fantastic Four. Mereka dekat dengan hati saya. Bagaimana pula di hati anda?
Makluman: saya akan bercuti panjang mulai esok dan kembali bertugas minggu depan, insyaALLAH. Gambar di atas adalah hero-hero pujaan kanak-kanak hari ini.

Tuesday, June 12, 2007

SMART Tunnel

SMART Tunnel
Faridul Farhan Abd Wahab "engineer kerdil di sisi Engineering alam"
SMART rupa-rupanya bererti terowong. Terowong yang bukan saja digunakan untuk mengurangkan –jika tidak pun mengatasi- kesesakan trafik yang teruk yang dihidapi oleh bandaraya segah Kuala Lumpur. Ya, Kuala Lumpur sangatlah gah. Ada bangunan antara tertinggi di dunia (KLCC), ada universiti bertaraf antarabangsa (UIA), ada pusat pengangkutan yang canggih (KL Sentral), ada mahkamah yang paling popular di dunia (bukan kerana besar tapi bocor sana, bocor sini, hehe…), dan banyak lagi.

Dulu, di waktu aku sekolah, ku sangkakan SMART tu bererti bijak, atau cerdik. Tapi, terowong SMART ni pun memang nak membawa mesej betapa pembinaannya beserta penggunaannya melambangkan sebuah kecerdikan. Bukankah nama itu merupakan suatu doa? Dulu bila tak guna nama yang indah, bisa saja membawa padah (MRR2). Sekarang, bila dah guna nama yang sangat baik, mudah-mudahan wajah tidak lagi kena ludah!

Tapi, pelik, aku pelik! Kenapa secanggih dan sehebat manapun SMART ni, tetap banjir ibukota ku yang tercinta? Tol dah mula nak buka, hasil belum kunjung tiba, membuatkan ramai orang jadi kecewa, pak menteri tol gelisah bagai nak gila!

Itulah aku pesan, Tuhan ni Maha Kuasa, tiada kuasa yang sehebat Dia, tiada teknologi yang standing teknologi-Nya. Kalau kau mahu, renungkan saja engineering Tuhan dengan engineering manusia. Sehebat-hebat rekaan pam, tetap menghasilkan getaran, tidak seperti “pam asli” bernama jantung ciptaan Tuhan. Ada kau rasa badan kau bergegar lantaran getaran jantung engkau?

Semantap-mantap sesebuah gerudi, mantap lagi sang burung belatuk, petah memahat, kuat mengetuk. Kepantasan luar biasa sampai menunggu tak sempat nak mengantuk.

Atau, ada lagi. Sehebat mana kenderaan terbang manusia, tak kira kapal terbang, helicopter atau apa, tetap tak setanding burung-burung nan berterbangan. Terbangnya bebas tinggi di awan. Hidupnya riang seraya berkawan. Atau sang lalat mahupun lebah, terbangnya tak tinggi, sekadar rendah, namun semua angle penerbangan bisa diredah, mempamerkan kehebatan, menunjukkan kaedah. Skill penerbangan yang tak mungkin dapat disaingi, nak mendekati pun tak mudah!

Lalu, apalah ada pada terowong SMART tu? Jangan lupa dan sombong membongkak, di sisi kekuasaan Tuhan, semuanya merangkak, lantaran tak tertanding kekuasaan, kehebatan ciptaan-Nya, bila Tuhan datangkan banjir, semuanya merana.

Maka muhasabahlah diri agar bisa tawadhuk. Agar keinsafan pun datang, lalu kau mula merukuk. Kemudian sujud dikau dihias tanggis pilu, kecintaan Tuhan kau tagih, seraya merindu.

“Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis, kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, adakah kamu lihat sesuatu yang tidak seimbang?
Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itu pun dalam keadaan payah.
Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar setan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala.”
(surah al-Mulk [67]:3-5)


p/s- maaf, saya sedang pening buat design review ni. Sekadar nak kembalikan “kewarasan” dengan merenungkan kehebatan ALLAH. Sehebat mana pun teknologi manusia, tenyata kerdil di sisi Yang Esa.

Wednesday, June 06, 2007

AC Milan 2 – Liverpool 1

AC Milan 2 – Liverpool 1
Faridul Farhan Abd Wahab "mencari Abu Bakar as-Siddiq"


Terkadang saya merasa hairan, apalah yang ada pada nama Lina Joy jika dibandingkan nama asal Azlina Jailani yang diberikan kepadanya, hingga sanggup dia sehabis lawan untuk menggunakan nama baru itu. Adakah kerana nama Lina Joy itu kedengaran glamer seperti nama artis-artis yang bertebaran menukar nama mereka? saya tidak tahu. Atau kerana beliau sejak kecil gemar minum air kotak “Joy”? pun saya tak pasti. Pokoknya nama serta agama di dalam kad pengenalan –pada hemat beliau- harus digantikan dengan yang baru, dan lenyaplah si muslimah Azlina Jailani yang pernah dikenali..

Mahkamah pun bersidang. Dada pun berdengup kencang. Hati pun tak bisa tenang, selagi keputusan tidak dipastikan menang. Lalu, bila keluar saja keputusan itu, wajah ceria menjerit riang. Sorakan padu menggegarkan tiang. Kegembiraan terserlah, syukur terbayang. Alhamdulillah maruah agama tidak melayang.

“Mahkamah Persekutuan dengan majoriti 2:1 menolak rayuan Azlina Jailani (Lina Joy) untuk menukar status agama di dalam kad pengenalannya dan mengisytiharkan bahawa orang Islam tidak boleh murtad di bawah artikel 11 Perlembagaan kecuali dengan kebenaran Mahkamah Syariah.”[1]

2-1. Final Piala Juara-Juara Eropah pun mencatatkan keputusan sebegitu. Jaguh Itali AC Milan 2, sedang bekas gergasi Inggeris Liverpool 1.

Namun, di balik kemenangan AC Milan itu, mereka justeru tidak menang. Di persada liga tempatan (Italia Serie A), mereka tidak menang. Apalah yang mahu digembirakan, sedang usaha selama semusim hanya berbuahkan tempat ke-4 di tanah air sendiri?

2006/07 Serie A Table

1
Inter Milan
2
Roma
3
Lazio *
4
AC Milan *
Sumber: [2] (maaf, saya tak reti nak masukkan tablenya di sini)

Maka, seperti juga AC Milan, umat Islam boleh saja bergembira dengan kemenangan sementara “Piala Juara-Juara Eropah” ini, tapi jangan sampai lupa perjuangan panjang memenangi “Liga Serie A”. Ketika kejayaan disangkakan tiba, janganlah alpa bahawa Lina Joy tetap saja murtad. Nah, apakah yang bisa dikatakan kemenangan, andai aqidah si Azlina Jailani tetap saja tergadai? Apalah yang mahu diseronokkan sangat dengan keputusan mahkamah, sedang non-Muslim non-Muslim mula meluahkan ketidak puashatian serta ketakutan mereka kepada islam?

Lihatlah apa yang dikatakan oleh pertubuhan-pertubuhan keagamaan:

The Christian Federation of Malaysia (CFM) is disturbed and saddened by the decision of the Federal Court in the Lina Joy’s case, where the Court has confirmed the National Registration Department’s right to insist on a certificate from the Syariah Court that she has apostatized, prior to registering her conversion in the identity card.


We reiterate that the NRD’s insistence on such a certificate being produced has curtailed the fundamental right of an individual to profess and express his or her religion as provided for in Article 11.We have also noted with much concern that this decision reflects a growing trend of decisions in the courts where civil courts are abdicating their responsibility of providing legal redress to individuals who only seek to profess and live their religion according to their conscience.

As a result of this decision, it is now more pressing for the government and lawmakers to revisit the relevant legislation and to reinstate the jurisdiction of the Civil Courts so that equal protection of the right to choose and express one’s religion is accorded to all Malaysians, as enshrined in Article 11.The CFM will continue to cooperate with the government and all Malaysians to uphold the Government’s vision of upholding the multiracial, multicultural and multi-religious character of our nation.

Bishop Paul Tan Chee Ing, SJ
Chairman and Executive Committee
Christian Federation of MalaysiaDated
30th May 2007[3]

The Malaysia Hindu Sangam is gravely concerned with the Federal Court’s majority decision in Lina Joy’s case. The Federal Court by a 2-1 majority today rejected the appeal by this ethnic Malay (who was born to Muslim parents but says she is now a Christian) for the Government to issue her an identity card without the description “Islam” on it. Lina Joy had argued that the Government’s requirement for her to first obtain a declaration from the Islamic court that she had “apostasized” from Islam was unconstitutional.


The decision may have serious personal repercussions for a significant number of persons living in Malaysia who say they are not Muslim but are nevertheless being forced to comply with Islamic laws by the government. We anxiously await a perusal of the full written grounds of judgment to assess the full implications of this decision.

In the meanwhile, since the Judiciary appears unable or unwilling to act in these matters, we call on Parliament and all State Legislatures to urgently enact laws that ensure persons who do not profess Islam are not subjected to Islamic law. The fundamental liberty of all Malaysians to profess and practise their faith in peace and harmony must be respected, both in fact and in law.

Dated 30th May 2007
Datuk A. Vaithilingam PJN, SSA, AMN, ASA, PJK
PresidentMalaysia Hindu Sangam [4]

Justeru, bagaimana sepatutnya riaksi kita? Adakah kita berpuas hati dengan “perhimpunan sejuta umat” di Majid Wilayah tidak lama dahulu, hingga tatkala suara kita didengar, tiba-tiba kita membungkam sepi kembali? Apakah kita berpuas hati dengan keputusan mahkamah kali ini, lalu diam membisu sekali lagi?

Masanya telah tiba untuk kita kembali fokus, bahawa perjuangan menghadapi gelombang kemurtadan, bukan perjuangan menuntut penguat-kuasaan hukum semata-mata. Itu dalih masyarakat mahu lepas tangan! Tetapi, adalah suatu perjuangan menyedarkan kembali umat Islam akan keindahan islam, selain menyebarkan kebenaran islam kepada yang bukan Islam.

Bisakah kita menyalahkan orang murtad semata-mata, sedang kita gagal menjawab persoalan-persoalan serta keraguan-keraguan yang mereka timbulkan? Bisakah kita menyalahkan mubaligh agama lain semata-mata, sedang kita terlalu takut dan terlampau malu mahu menyebarkan agama kita? Bisakah kita menyalahkan penguasa semata-mata, sedang kita sendiri tidak berusaha membersihkan imej islam yang terlalu teruk tercemar. Orang melihat sulitnya Islam, betapa liquid paper setompok bisa membatalkan sembahyang, lalu para mekanik kereta pun tidak sembahyang, lantaran sulitnya meratakan air wudhuk ke tubuh, sedang Islam tidaklah serumit dan sehodoh itu. Orang nampak kehodohan Islam, betapa korek hidung di bulan ramadhan sedangkan banyaknya tahi hidung menyukarkan pernafasan, lalu batallah seluruh puasanya, sedang Islam tidaklah sezalim itu.

Pejuang Islam hanya tahu maki dan marah tatkala pertubuhan wanita mengkritik islam seolah-olah islam menzalimi wanita –membenarkan suami memukul wanita misalannya- tanpa kita menerangkan kembali step-step sehingga sampai ke langkah itu, sehingga mereka bisa nampak indahnya Islam membela keutuhan rumah tangga, dan hinanya wanita yang masih tidak taatkan suami hingga bisa sampai ke langkah itu.

Pejuang Islam hanya tahu menghilightkan hal-hal yang haram sahaja, sedangkan dalam Islam lebih banyak yang halal, sedang sedikit sahaja yang haram. Kaedah syara’ mengatakan: “semua perkara adalah harus/halal, selagi tiada dalil yang mengharamkannya”, namun kita pula melakukan amalan yang bertentangan, seolah-olah “semua perkara adalah haram/dilarang, selagi tiada dalil yang menghalalkan.”

Pejuang Islam hanya tahu mengugut dan mengecam, tatkala orang-orang yang mahu murtad menimbulkan keraguan dan persoalan mereka, sedangkan bukankah sebelum sang murtad itu dihukum, Islam menyuruh kita memujuk dan mendakwahi [5] ia terlebih dahulu?

Sudah tiba masanya web forum-web forum yang kita sertai, kedai-kedai kopi yang kita penuhi, dan perbincangan-perbincangan yang kita adakan, dipenuhi oleh perbahasan-perbahasan tentang bagaimana menjawab soalan dan keraguan orang murtad? Apa jawapan terhadap persoalan non-Muslim? Bagaimana strategi menarik bukan Islam untuk mengenali seterusnya memasuki Islam? Adalah amat malang andainya bukan Islam menggunakan setiap kesempatan untuk sama ada mempromosikan agama mereka ataupun merendah-rendahkan agama kita, sedang kita pula terlalu malu, terlalu takut, dan terlalu segan, untuk kembali mempromosikan agama seindah islam kepada mereka.

Hentikanlah pertengkaran, hentikanlah perdebatan, hentikanlah pergaduhan. Carilah kesepakatan, agar bisa kita bersama-sama menjadi “duta” umat Islam. Biarlah “Tahun melawat Malaysia 2007” turut kita manfaatkan sebagai “Tahun mengenali Islam 2007”, sampai-sampai semua pelancong asing bisa menjadi umpama orang Ansar yang berjaya diIslamkan oleh Nabi, sampa-sampai wujudlah Bai’atul Aqabah dulu. Dan Islam pun terbela, tatkala umatnya giat berusaha.


RUJUKAN

[1] Halaman Web Rasmi Pertubuhan-Pertubuhan Pembela Islam (PEMBELA), artikel bertajuk “Terkini: Keputusan Kes Azlina Jailani (30 Mei 2007)”,
http://myislamnetwork.net/portal/modules/news/article.php?storyid=177

[2] Halaman Web ESPN. Rujuk
http://soccernet.espn.go.com/tables?league=ita.1&cc=4716

[3] Halaman Web Rasmi Pertubuhan-Pertubuhan Pembela Islam (PEMBELA), artikel bertajuk “Christian Federation of Malaysia Statement on Lina Joy's case”,
http://myislamnetwork.net/portal/modules/news/article.php?storyid=186

[4] Halaman Web Rasmi Pertubuhan-Pertubuhan Pembela Islam (PEMBELA), artikel bertajuk “PRESS STATEMENT: Hindus gravely concerned”,
http://myislamnetwork.net/portal/modules/news/article.php?storyid=187

[5] Ustaz Zaharuddin telahpun menerangkan proses memujuk ini dalam artikelnya “Diskusi Hukuman Jenayah Murtad.” Sila rujuk
http://www.zaharuddin.net/index.php?option=com_content&task=view&id=145&Itemid=91

(artikel ni sebenarnya telah saya tulis minggu lepas lagi. Tapi tak sempat nak siapkan. Alhamdulillah, artikel Ustaz Zaharuddin Abdul Rahman (UZAR), serta Sahibus Samahah Dr. Asri (MAZA) senada dengan pendapat saya)

Sekolah & Kupon Wajib

Soalan Pertama

Apakah hukum sekolah yang mewajbkan guru dan pelajar membeli kupon untuk diguna di hari pasaria dan hari usahawan.

Soalan Kedua
Saya seorang guru di sebuah sekolah menengah, saya ingin bertanya ustaz tentang jualan kupon untuk hari pasaria. Saya dan murid sekolah di ‘paksa ‘ untuk menjual kupon yang dibuat untuk jualan gerai pada hari tersebut. Setiap guru diwajibkan menjual kupon sebanyak RM 100 dan setiap murid sekolah pula diwajibkan menjual RM 50. Kemudian, jika kami gagal menjual , kami dimestikan untuk membeli kupon tersebut sebagai sumbangan kepada sekolah. Apakah hukumnya?
(Soalan melalui email)

Jawapan UZAR
Ramai juga guru-guru yang bertanyakan hal ini kepada saya, dalam Islam jual beli tidak dibenarkan dibuat atas dasar paksaan.
Allah SWT menyebut :

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ لاَ تَأْكُلُواْ أَمْوَالَكُمْ بَيْنَكُمْ بِالْبَاطِلِ إِلاَّ أَن تَكُونَ تِجَارَةً عَن تَرَاضٍ مِّنكُمْ

Ertinya : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu" ( An-Nisa : 29)

Dalam hal yang ditanyakan, walaupun pihak sekolah bertujuan untuk mendapatkan pendapatan tambahan bagi pihak sekolah, mereka tidak wajar untuk mewajibkan para guru dan murid untuk menghabiskan kupon yang diamanahkan.

Sekadar mewajibkan guru dan murid berusaha untuk menjualnya sebaik mungkin mengikut kemampuan adalah dibenarkan menurut Shariah.

Bagaimanapun, meletakkan syarat bahawa jika gagal menjual, si guru dan murid WAJIB membelinya, ia adalah salah satu bentuk pemaksaan yang termasuk dalam kategori makan harta orang lain dengan cara tidak benar yang ditegaskan oleh Allah SWT : وَلاَ تَأْكُلُواْ أَمْوَالَكُم بَيْنَكُم بِالْبَاطِلِ

Dan janganlah sebahagian kamu memakan harta sebahagian yang lain di antara kamu dengan jalan yang batil (Al-Baqarah : 188)

Paksaan dalam belian menurut ulama Fiqh boleh dibahagikan kepada dua jenis 1) Al-Ikrah AL-Muljik ( Iaitu jenis paksaan yang boleh mengancam nyawa, keluarga, anggota tubuh dicacatkan dan lain-lain yang sepertinya) 2) Ikrah Ghaira Muljik ( Jenis paksaan yang kurang seidkit mudaratnya dari yang jenis pertama).

Paksaan jenis pertama sudah tentu menghilangkan redha dan menyebabkan jualan tidak sah secara pasti. Manakala paksaan jenis kedua juga tidak terkecuali menggugat kesahihan jual beli.

Imam Az-Zaila'ie menyatakan :-

لِأَنَّ الْإِكْرَاهَ الْمُلْجِئَ وَغَيْرَ الْمُلْجِئِ يُعْدِمَانِ الرِّضَا وَالرِّضَا شَرْطٌ لِصِحَّةِ هذه الْعُقُودِ

Seseungguhnya paksaan secara muljik dan tidak muljik itu menyebabkan hilangnya redha dan redha adalah salah satu syarat sahnya aqad jual beli" ( Tabyin al-Haqaiq, 5/182 )

Dalam konteks sekolah tadi, boleh juga dilihat paksaan itu secara keras kerana mungkin sebahagian guru memahaminya secara tidak langsung bahawa pihak pentadbir sekolah mungkin boleh bertindak ke atas guru yang ingkar, seperti lambat naik pangkat dan sebagainya. Ini boleh menyebabkan mudarat kepada guru dan keluarganya. Keadaan ini menyebabkan si guru terpaksa juga membeli dan berusaha untuk gerainya, walaupun tiada sebarang ancaman lisan mahupun bertulis daripada pihak sekolah.

Modal Gerai Sendiri Cari?
Selain itu, saya juga difahamkan oleh beberapa orang guru dan bekas guru, modal jualan gerai yang dibuka pula adalah mesti diusahakan sendiri oleh setiap kelas. Ada yang menggunakan duit kelas, ada yang mendapat bantuan ibu bapa, dan tidak kurang juga yang terpaksa mengumpul wang tambahan daripada setiap ahli di dalam kelas bagi tujuan berkenaan. Perlu diingat bahawa banyak juga kelas yang tidak mempunyai sebarang budjet untuk dijadikanmodal, keadaan ini menyebabkan pihak guru terpaksa mengeluarkan modal sendiri sekali lagi demi menjayakan gerai kelasnya. Sudahlah tadi dipaksa menjual sehingga habis, kali ni terpaksa pula memperuntukan lagi budjet untuk tujuan gerai ini.

Ini satu lagi bentuk ‘paksaan' pengeluaran duit secara kurang sihat menurut pandangan Shariah, walalupun ia mungkin tidak sampai ke tahap haram, tetapi ia kerap menyukarkan para guru yang rata-rata tidaklah berpendapatan besar.

Benar, jika wang kelas mencukupi ia akan menggunakan wang kelas, sememangnya ia bertujuan memupuk nilai kerjasama dan berkorban untuk sekolah, tetapi apa jua korban yang dibuat atas nama kebaikan memerlukan keredhaan pihak yang memberi, tiada sebarang tekanan dan desakan kurang wajar patut dilakukan daripada pihak yang memerlukan bantuan. Samada orang faqir mahupun pihak sekolah.

Displin Minta Bantuan
Ia adalah satu displin dari al-Quran yang melarang si peminta sedeqah menekan agar diberikan sedeqah , firman Allah SWT ketika menjelaskan sifat orang miskin yang memerlukan bantuan tetapi berusaha dan tidak meminta-minta dengan desakan keras:-

لِلْفُقَرَاء الَّذِينَ أُحصِرُواْ فِي سَبِيلِ اللّهِ لاَ يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاء مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُم بِسِيمَاهُمْ لاَ يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا وَمَا تُنفِقُواْ مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللّهَ بِهِ عَلِيمٌ

Ertinya : "(Berinfaklah) kepada orang-orang fakir yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah; mereka tidak dapat (berusaha) di muka bumi; orang yang tidak tahu menyangka mereka orang kaya karena memelihara diri dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan melihat sifat-sifatnya, mereka tidak meminta kepada orang secara mendesak. Dan apa saja harta yang baik yang kamu nafkahkan (di jalan Allah), maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahui ( Al-Baqarah : 273 )

Jelas dari ayat di atas menunjukkan bahawa pihak sekolah yang ‘faqir' dan ‘miskin' tetap perlu menjaga adab untuk meminta bantuan dari murid dan guru sekolah mereka. Tidak boleh meminta-meminta secara MENDESAK, maka kaedah mesti jual kupon dan jika tidak maka anda wajib membeli adalah tidak menurut displin Shariah dalam hal ehwal sumbangan.

UNTUNG
Setelah jual kupon di wajib ke atas guru & pelajar, gerai juga hasil dari usaha si guru kelas dan murid, maka saya diberitahu bahawa kebanyakan sekolah juga mensyaratkan semua hasil keuntungan gerai MESTI DIBERIKAN kepada sekolah.

Sekali lagi, kelihatan pihak sekolah menekan anak murid dan guru dengan kurang wajar. Apatah lagi jika keuntungan yang diberikan kepada sekolah digunakan untuk membeli alat-alatan atau membina prasarana yang kurang berfaedah untuk semua pelajar.

Kesimpulannya saya melihat dalam memupuk soal korban dan usaha kasih guru dan pelajar kepada pihak sekolah, cara yang dilakukan mestilah lebih bersifat ‘friendly'.

Sekian

Ust Zaharuddin Abd Rahman
http://www.zaharuddin.net/
5 Jun 2007

Monday, June 04, 2007

[serial pengorbanan]: ORANG BESAR

[serial pengorbanan]: ORANG BESAR
Oleh: Faridul Farhan Abd Wahab
“tubuh kecil, jiwa besar”

Dia hanyalah seorang wanita. Tapi, kewanitaan itu tidak menghalangnya melangkah berani dan gagah mendokong kebenaran Ilahi. Hameedah Qutb tetap tegar dan tabah, sungguh pun disiksa dengan pelbagai cara, malah dipujuk untuk mengakui perbuatan yang tidak dibuat oleh dirinya,[1] namun tetap unggul sebagai individu yang “besar”.

Barangkali keluarga Qutb ini memang mempunyai baka yang hebat. Bukan saja Syed Qutb seorang, bahkan adik-beradiknya yang lain, hatta hingga adik perempuannya bernama Hameedah Qutb, bisa muncul sebagai manusia-manusia “besar”, di saat lelaki-lelaki lain hidup bak pengecut berjiwakan kekerdilan. Lalu Syed mengungkapkan rahsianya; “orang yang hidup bagi dirinya sendiri akan hidup sebagai orang yang kerdil dan mati sebagai orang kerdil. Akan tetapi, orang yang hidup bagi orang lain akan hidup sebagai orang besar dan mati sebagai orang besar.” [2]

Ertinya, “kebesaran” orang itu bukanlah diukur dari sisi pangkatnya. Tidak juga dari sudut keturunannya. Tapi, “kebesaran” seseorang itu, justeru dilihat dari sejauh mana hidupnya itu buat orang lain. Hidupnya itu untuk umat. Dirinya itu milik umat. Dan nyawanya itu diakhiri buat menyalakan pelita umat.

Tidak hairanlah Umar al-Khattab, di saat memenuhi appointment para sahabatnya di zaman kekhilafahannya, mendahulukan Bilal, kemudian Shuhaib, kemudian Salman, kemudian Ibnu Mas’ud, sehingga memetik suis kebengangan Abu Sufyan. “Aku tidak mengira bila Umar membuatku lama menanti sesudah mereka masuk terlebih dahulu sebelumku,” keluh Abu Sufyan kemarahan.

Namun, Umar punya parameternya yang tersendiri, tatkala memilih “orang besar” yang harus ia utamakan. Maka sang bijak Suhail Ibnu ‘Amr pun menegur, “Wahai Abu Sufyan, demi ALLAH, aku tidak peduli dengan pintu ‘Umar dan izinnya. Akan tetapi, aku khuatir bila kita dipanggil pada hari kiamat nanti, maka mereka akan masuk Syurga, sedang kita ditinggalkan, kerana sesungguhnya mereka dan kita ketika diseur, ternyata merekalah yang menyambutnya, sedang kita terlambat. Mereka telah mengenal, sedang kita mengingkari. Oleh kerana itu, pantaslah bila mereka didahulukan, sedang kita dikemudiankan.” [3]

Aduh, apalah kebesaran pada pangkat dan kekayaan seorang Abu Sufyan, berbanding pengorbanan dan keteguhan seorang Bilal, yang tetap tegar diseksa di atas padang pasir di tengah panas yang terik, sambil mulut tetap mantap mengungkapkan kalimah kebesaran: “Ahad!ahad!”

Maka kebesaran itu –sekali lagi- bukanlah pada kekayaan. Bukan juga pada keturunan. Apatah lagi pada gelaran. Bahkan, “orang besar” itu, bukanlah mereka yang mengendarai Mercedes atau BMW, tetapi mereka yang mengendarai “kenderaan kemuliaan”, dipandu oleh keimanan, diputar oleh roda keberaniaan, dikusyen oleh kerusi kesabaran, dan distartkan oleh pengorbanan. Itulah orang-orang yang besar: mereka yang darah dan air matanya milik umat, bukan membangun kekayaan di atas wang dan jerih perih umat!

Maka apalah ada pada gelaran “datuk” buat para artis wanita, dibanding gelar “mujahidah” buat “orang besar” wanita, umpama Zainab al-Ghazali mahu pun Hameedah Qutb?

RUJUKAN

[1] Riduan Mohammad Nor, “Sejarah & Perkembangan Gerakan Islam Abad Moden”, MHI Publication (2007), ms. 39-41

[2] Anis Matta, “Mencari Pahlawan Indonesia”, The Tarbawi Center (2004), ms. 15

[3] Dr. ‘Aidh bin ‘Abdullah al-Qarni, “Hidupkan Hatimu,” Irsyad Baitus Salam (2006), ms. 24-25

Umpama memandu di waktu hujan

Umpama memandu di waktu hujan
OLEH: Faridul Farhan Abd Wahab “terjarakkah daku dari ketaqwaan?”

Dikisahkan bahawa Umar al-Khattab R.A, yang trade mark utama namanya adalah sebagai amirul mukminin yang kedua barangkali, telah bertanya pada sahabat nabi yang lain, Ubai bin Ka’ab tepatnya. Bukan kerana keilmuan Umar sangat dangkal -jika itu kesnya, mana mungkin beliau mampu memimpin umat Islam kepada kecemerlangan dan kegemilangan selama lebih kurang 10 tahun zaman kekhalifahannya. Bukan juga kerana beliau sengaja mahu menduga sahabat-sahabat nabi seperti yang sering dilakukan pemuda-pemuda pejuang agama masa kini, yang sengaja mahu menduga sahabatnya, untuk kemudiannya mereka mulakan hujah yang kelak membawa kepada perdebatan yang tidak menguntungkan. Bukan, bukan! Bukan itu sebabnya! Tapi, yang terserlah daripada jiwa sang Umar ini adalah model terbaik sebuah ketawadhukan, sebagai dasar utama sebuah ketaqwaan.

Lalu, apa yang dipertanyakannya? “Apa definisi taqwa?”, begitu, seorang yang telah sedia bertaqwa mempertanyakan kembali. SubhanaLLAH, ingin saja aku jawab saja pada Umar, betapa beliaulah definisi taqwa! Ingin saja ku katakan pada Umar, betapa beliaulah yang harus mendefinisikannya pada kita semua. Tapi, di sana, pada pertanyaan itu, menyerlahkan lagi ketaqwaan, menonjolkan lagi katawadhukan, menampakkan lagi keagungan seorang Umar al-Khattab, redha ALLAH bersama-sama dengannya.

Dan orang yang ditanya itu juga bukanlah calang-calang orangnya. Wajar saja Ubai yang ditanya, kerana Umar merasakan –barangkali- betapa Ubai mempunyai “karisma ketaqwaan” yang lebih jika dibandingkan dengan dirinya. Lalu muncullah definisi dalam nada yang sungguh indah, disulam dalam bentuk sebuah tamsilan, umpama mainan bahasa Karam Sigh Walia bahkan terlebih indah lagi, bahawa taqwa itu “umpama berjalan di jalanan yang berduri.”

Benarlah dikau wahai Ubai.Kunci taqwa itu memang kehati-hatian. Wajah taqwa itu pencegahan. Di jalanan berduri itu, pasti anda mencegah berjalanan laju, lantaran kehati-hatian menjadi sangat perlu. Bukankah “wiqayah” iaitu “pencegahan” -sepertinya pepatah arab “al-wiqayah khairu minal ‘ilaj” (prevention is better than cure)- adalah akar kata kepada ketaqwaan?

Lalu izinkan aku memodenkan sedikit pengertian taqwa, agar bisa anak muda di zaman kini, lebih menghayati konsep “kehati-hatian” yang cuba digarap oleh definisi Ubai Bin Ka’ab itu tadi. Jika kau tanya aku akan pengertian kata “taqwa”, maka ku katakana padamu, taqwa itu “umpama memandu di waktu hujan.”

Bukankah di waktu hujan, kehati-hatian menjadi agenda utama sebuah pemanduan? Bukankah di waktu hujan, lampu depan dan belakang turut kau pasang, sebagai langkah keselamatan? Bukankah di waktu hujan, pedal minyak hanya perlahan dikau tekan, untuk mengekalkan kelajuan pada km/j yang berada pada kesederhanaan?

Ertinya, jika kunci taqwa itu adalah kehati-hatian, mengambil langkah keselamatan, dan upaya-upaya pencegahan, maka insan yang bertaqwa akan sentiasa berhati-hati alam melayari samudera kehidupan. Insan bertaqwa akan sentiasa mengelak daripada hal-hal yang bisa membawanya kepada dunia kemaksiatan, sebagai langkah keselamatan. Insan yang bertaqwa akan mencegah dirinya bukan saja daripada melalui lorong kegelapan, bahkan mencegah dirinya daripada mendekati sempadan kenistaan.

Jika anda lemah pada perempuan, mudah cair, mudah hanyut, maka ketaqwaan akan mencegah anda daripada berinteraksi yang tidak perlu dengan perempuan. Anda tidak melihat keperluan untuk memulakan perbualan, apatah lagi berchatting-ria yang sudah tentu akan membuai anda kepada khalwat yang terlarang.

Jika kelemahan anda adalah pada televisyen, sampai-sampai tilawatul quran anda terganggu, bacaan buku agama anda tergendala, zikir yang ma’thurat mula terleka, maka ketaqwaan akan mendorong anda untuk tidak membuka televisyen, lantaran itulah langkah keselamatan untuk menjamin anda tidak terpelesok ke jurang kelalaian.

Main video game tidaklah haram. Tapi jika kelemahan anda adalah pada video game, hingga anda mula melalaikan solat pada waktu, maka ketaqwaan akan mengilhamkan diri anda untuk mencegah diri daripafa bermain video game, lantaran anda seorang yang mudah ketagih dengan permain sedemikian.

Itulah langkah keselematan, itulah bentuk kehati-hatian, itulah cara pencegahan. Anda menjauhi yang halal, lantaran takut membawa kepada yang haram. Bukankah insan bertaqwa itu juga berhemat dalam pemanduan?

Kelemahan anda itu umpama hujan. Lalu andalah yang menentukan corak “pemanduan”, agar bisa sampai ke tempat tujuan. Tentunya negeri yang kekal abadi.

Ukhwah.com :: Top Blog