Wednesday, December 13, 2006

Kiamat Sudah Dekat

Kiamat Sudah Dekat
Oleh: Faridul Farhan Abd Wahab
B.Eng (Hons) Electrical Engineering, Cert. Syari'ah, GIEM

“Eh, engkau ni hodoh betullah.”

Beluncas diam. Masakan dia menjawab, tatkala ia sedar diri, betapa ia memang serangga yang hodoh. Ulat gonggok ternyata belum habis mengutuk lagi, lalu kembali membuka mulutnya yang kerdil tapi lancang;

“Aku rasa, kalaulah ada pertandingan serangga paling hodoh, kaulah pemenangnya. Dahulu, kini, dan selamanya.”

“Ya, kaulah satu-satunya pemenang. Sebab, tak ada yang lebih hodoh berbanding engkau.”

Aduh, betapa pedihnya hinaan si gonggok itu. Tajam menikam, merobek-robek jantung yang sedia kecil ini. Sungguhpun sama-sama daripada keluarga ulat, tak sangka gonggok bisa menghina beluncas sambil begitu sekali.

“Kalau sampai ada yang mengatakan engkau cantik, nescaya kiamat sudah dekatlah nampaknya…”

Memang, beluncas adalah seekor serangga yang hodoh. Hal itu tidak perlu pembuktian lagi. Mana ada manusia yang menjadikan beluncas sebagai “binatang peliharaannya”, dek kerana tiadanya nilai-nilai keindahan dan kemanjaan pada dirinya. Atau, mana ada kedai haiwan yang sanggup memperdagangkan dirinya, lantaran tiadanya nilai-nilai komersial pada “pemenang ratu hodoh antara serangga” ini.

Namun, suatu hal yang harus anda sedar, betapa deria manusia, sama ada ia pendengaran, penglihatan, pertuturan mahupun pemikiran, mempunyai batasnya yang tertentu. Sehingga, betapa banyak hal-hal maujud yang tidak bisa ditangkap oleh kedhaifan indera manusiawi ini.

Tahukah anda bahawa tenaga elektrik adalah berbentuk arus sinusoidal, bererti ia mengalami terang dan malap yang silih berganti. Namun, silih bergantinya terang cahaya mentol ini mana mungkin bisa ditangkap oleh deria mata kita, seperti mana juga kita tak bisa melihat udara, proses kondensasi, jin dan makhluk-makhluk halus yang lain.

Bagitu juga dengan deria pendengaran, betapa kita tak bisa menangkap nyanyian-nyanyian dan zikir-zikir sang alam, lantaran ia berlegar pada frekuensi tertentu, hingga mana suara mereka sekadar bisikan-bisikan bisu pada gegendang telinga sang manusia. Atau, takdir dan perencanaan Sang Maha Kuasa, yang tak terjangkau oleh benak pemikiran manusia yang hina dina ini.

Lalu, siapa sangka sang hodoh bernama beluncas ini bisa mengejutkan seantero rakyat daulah serangga tatkala tampil sebagai rama-rama yang indah di kemudian harinya, hingga membuat terlopongnya sang gonggok seraya berkata (seraya melopong); “wah…kiamat memang sudah dekat!”

Saudaraku,
Ingatlah bahawa belum tentu orang yang mempunyai “sisi hodoh” atau “sejarah hitam” dalam diari kehidupannya, tak kan mungkin bisa tampil di kemudian harinya sebagai perwira yang membangun dan menyelamatkan bangsa dan negara. Betapa Umar al-Khattab R.A misalannya, dengan status “kaki pukul” yang sedemikian hodohnya, kelak tampil sebagai khalifah ar-rasyidin yang dijamin sebagai ahli syurga oleh Nabi SAW yang mulia. Atau, sang petualang bernama Khalid al-Walid yang menjadi “sang perencana” tatkala tentera Quraisy menyerang hendap lalu menewaskan pasukan Muslimin di medan peperangan Uhud, namun di kemudian harinya tampil sebagai tokoh pembawa panji perjuangan Islam. Lalu, apalah yang hendak dihairan kiranya orang seperti “Fandy” lewat filem dan sinetron “Kiamat Sudah Dekat” bisa menjumpai cahaya keinsafan, tatkala sang beluncas saja bisa menukar nasibnya daripada haiwan yang sedemikian hodoh, untuk muncul sebagai rama-rama yang sedemikian indah.

“Maka demi ALLAH yang tidak ada Tuhan selain-Nya, sesungguhnya salah seorang daripada kamu mengerjakan amal ahli Syurga sehingga tidak ada jarak antara dia dengan Syurga melainkan sehasta, kemudian terdahulu ke atasnya ketentuan tulisan lalu ia pun mengerjakan amal ahli Neraka, maka masuklah ia ke dalamnya (Neraka). Dan sesungguhnya salah seorang daripada kamu mengerjakan amal ahli Neraka sehingga tidak ada jarak antara dia dengan Neraka melainkan sehasta, kemudian terdahulu ke atasnya ketentuan tulisan lalu ia pun mengerjakan amal ahli Syurga, maka masuklah ia ke dalamnya (Syurga).”
(Hadith riwayat Bukhari dan Muslim. Hadith ke-4 dalam Hadith Arbainnya Imam Nawawi)


Kejaguhan seseorang tatkala bergelumang dengan alam dan perilaku yang “hodoh”, sering bisa ia translasikan kejaguhannya itu untuk menonjol dengan amal yang sedemikian “cantik”, persis yang diisyaratkan oleh Nabi SAW yang mulia;

“Orang yang paling baik di antara mereka pada masa Jahiliyah adalah orang yang paling baik pada masa Islam..”
(Hadith muttafaqun ‘alaih.Hadith no. 69 dalam kitab Riyadhus Shalihin Imam Nawawi)

Benar, kiamat sudah semakin dekat. Maka marilah kita menjadi “anak-anak Akhirat”, sehingga mana dunia menjadi “anak-anak” kita. “Ya ALLAH, jadikanlah dunia di genggaman tangan kami, jangan Engkau jadikan dunia mengulit hati-hati kami.”

“Sesungguhnya ALLAH tidak akan mengubah nasib sesuatu kaum, sehingga mereka mengubah apa yang ada pada mereka sendiri”
(Surah ar-Ra’ad [13]:11)


(Artikel ini ditulis sempena MABIT (Malam Bina Iman Taqwa) di Surau al-Munawwarah, Seksyen 13, Shah Alam dengan ucap utama oleh sdr. Mohd Saufy Rohmad pada 16hb Disember ini. Saudara-saudari dijemput hadir)

1 Comments:

Anonymous Anonymous said...

Salam.

Mohon izinnya, bisa nggak saya copy-paste tulisan ini untuk tatapan pembaca blog saya?

5:00 PM  

Post a Comment

<< Home

Ukhwah.com :: Top Blog