Wednesday, July 04, 2007

BERJABAT TANGAN LELAKI - PEREMPUAN

BERJABAT TANGAN LELAKI - PEREMPUAN

Alangkah indahnya di hari tu, andai naungan ALLAH menaungi kita. Di saat segala kepemilikan kita sudah tidak berguna. Di saat segala taulan-kanalan tidak mahu lagi bertegur sapa. Di saat “peperiksaan kehidupan” tidak mungkin diputarkan kembali waktunya. Di saat kita berhimpun untuk menghadap ALLAH, dengan qalbun saliim (hati yang bersih), berbekalkan amal-amalan kita.

Lalu, teriknya akan terasa redup, panasnya dihembusi dingin, kegelisahannya disalut ketenangan, tatkala naungan ALLAH Azza Wa Jalla mengiringi perhitungan.

“Ada tujuh golongan yang mendapat naungan ALLAH di hari yang tiada naungan melainkan naungan-Nya;
1- …….
2- …..
3- …..
4- ….
5- Seorang lelaki yang diajak bermaksiat oleh seorang wanita bangsawan dan cantik, namun ia berkata “sesungguhnya, saya takut pada ALLAH!”
6- ……
7- ……
(Hadith Riwayat Bukhari dan Muslim)

Mampukah kita segagah seorang Yusuf, tatkala digoda sang bangsawan seindah Zulaika? Gagahkah kita untuk menolak, atau menegaskan “inni akhaafuLLAH” (Sesungguhnya, saya takut pada ALLAH) tatkala “kebangsawanan” menyulitkan suasana? Semudah itukah menolak godaan sang cantik lagi jelita, sedang tatkala seorang wanita bertaraf bangsawan –mungkin saja bos kita, mungkin saja client kita- menghulurkan tangan untuk bersalaman, lalu kita pun tersungkur berbekalkan dharurat alasan?

Itulah diri kita, nyata sekali berbeza dengan Yusuf sang rupawan. Sedang huluran tangan saja tak bisa kita ketepikan, berjabat tangan berlawan jantina tak mampu kita nafikan, benar mampukah kita menolak godaan sang jelitawan, tatkala taraf “bangsawan” atau “kedudukan” menjadi semacam suatu beban yang tidak mungkin kita engkarkan?

“Sesungguhnya ditusuknya kepala salah seorang di antara kamu dengan jarum besi itu lebih baik daripada ia menyentuh wanita yang tidak halal baginya.”
(Riwayat Thabrani dan Baihaqi. Al-Mundziri berkata dalam “at-Targhib”: “perawi-perawi Thabrani adalah orang-orang terpercaya, perawi-perawi yang sahih”)

Huluran tangan pertama di saat perkenalan, pasti dituruti huluran tangan kedua di saat perpisahan, andainya anda tidak mampu menunjukkan sikap, lagi menjelaskan hukum-hakam pada mereka, agar mereka bisa memahami akan ketidak-bolehnya berjabat tangan antara lelaki dan perempuan. Lalu, dengan kefahaman itu, falsafah Islam di sebalik larangan itu, mudah-mudahan dapat difahami oleh mereka, hingga kelak jelas akan keindahan, kebijaksanaan dan kesempurnaan Islam dalam menjadi “cara dan system hidup” bukan hanya untuk umat Islam, bahkan untuk umat manusia sejagat.

Tapi, semuanya harus bermula dari kita. Keberanian kita dalam menunjukkan sikap. Kebijaksanaan kita dalam menjelaskan sikap kita itu. Dan doa kita moga petunjuk ALLAH akan dapat dialirkan dalam diri sang wanita itu, agar ia bisa memahami betapa kita menolak (untuk menjabat tangan) bukan kerana tidak menghormatinya, bahkan kerana menolak berjabat tangan dengan bukan Muhrim itu saja sudah merupakan sebuah kehormatan. Kehormatan apa yang lebih tinggi yang bisa kita berikan, jika bukan kehormatan dalam memuliakan setiap bahagian tubuhnya untuk hanya dirasmikan dan dirasai oleh seorang bergelar suami? Hingga kita bukan saja menyelamatkan “keperawaan” fizikalnya, bahkan juga “keperawaan” kehormatannya.

Terpulanglah pada anda. Jika anda merasakan dharurat itu tidak bisa dielakkan hingga tetap harus berjabat tangan –lantaran wanita itu mungkin bos anda, client anda, dan sebagainya, yang semuanya membawa kepada kesimpulan “wanita berkedudukan” atau “wanita bangsawan”- saya sudah tidak boleh lagi berkata apa-apa. Namun, saya berdoa pada ALLAH moga dikurniakan kekuatan dan keistiqamahan dalam menentukan sikap, dan terus kemaruk kepada naungan ALLAH di Mahsyar kelak.

“Sesungguhnya dunia itu manis dan hijau (indah), dan sesungguhnya ALLAH menguasakan kepada kalian untuk mengelola yang ada di dalamnya, kemudian ALLAH mengawasi apa yang kalian perbuat. Maka bertaqwalah kepada ALLAH menyangkut dunia dan wanita (yakni waspadalah terhadap fitnag wanita), kerana bencana yang pertama kali menimpa Bani Isra’il adalah kerana wanita.”
(Hadith riwayat Muslim. Penerangan di dalam kurungan adalah syarah Dr. Mushthafa al-Bugha terhadap kitab Riyadhus Shalihin Imam Nawawi di dalam bukunya Nuzhatul Muttaqin)

----------------------------------------------------------------------------------------------




From: Faridul Farhan [faridul@jimahev.com]


Sent: Thursday, June 28, 2007 10:46 AM


To: 'pamela.shea


Subject: Apology and Clarification

Dear Mrs. Pamela, I whish you a good day and a happy living.

First of all I would like to represent my colleagues -as well as my self- to express our appreciation and gratitude to you and your staff for your warm welcome, cooperation and wonderful dinner, during our inspection at your company yesterday.

The reason I am writing you this email is to apologize if I hurt your feelings yesterday, because I didn’t greet your hand for a handshake when you introduce yourself to me. However, I hope you can kindly hear my explanation on why did I not shake hands with you, so that you will understand that the reason is not because I dis-respect you, not at all, in fact it is because I respect you so much until I don’t think of shaking hands with you.

As a Muslim, we are thought by our Prophet to respect human beings, especially woman. Until, when one of his companions asked him to whom we should give our love, respect and honour to, the Prophet replied; “to your mother”. The companion added, “and then who?” the Prophet replied again “your mother!”, and then the companion asked “and then who?” the Prophet replied “your mother!”, and the companion asked again “and then who?” and the Prophet answered “your father!” This means the status of a woman in Islam is highly respected, until our top respect, love and loyalty should go to our mother, mother, mother and then only our father. Meaning a woman is 3 times greater than a man! Huge respect indeed!

Also, we believe that all women are noble and sacred persons. In Christian for example, the nuns are the ones who are placed at a noble and sacred position, until they have their own special “sacred clothes”, and they live in a special place far from men because their nobleness and pureness in guarded from ever be seen by a man. Such much similar, Islam also believes that all of our woman should be noble and sacred people, until all Muslim women should wear the “sacred clothes” (if you look at a true Muslim woman’s dress, isn’t it quite similar to a nun? See how Islam place their woman in a very high position similar to Christian place their most noble woman which are nuns), also they should always take care of their selves from men. Therefore, in doing so, a Muslim woman should only be touch by her husband or her family. That is why I didn’t shake hands with you.

We believe your beautiful, noble and glorious hands should only be “authorized” to the best person, and that should be your husband. If you have a car, a brand new Mercedes for instance, surely you would not let anybody use and drive your car except for certain persons like your husband and family. Now then, we believe that your honour and dignity is far more precious than a Mercedes car. Therefore, if a Mercedes can only be used by authorized persons, far surely your beautiful and lovely hands should only be touch by your love ones. That is an honour I am giving you, my fullest respect in regarding yourself, and any other woman as respected and priceless women, who can only be relish by a husband.

With this explanation, I hope I have clarified what happen yesterday, and hopefully you will not be upset by my actions. My actions are an act of respectfulness to you, so hopefully you would not see it the other way.

Send my warmest regards to your family and your helpful colleagues. Thank you again for your hospitality.




Thank you.

"The believers, in their love, mercy, and kindness to one another are like a body: if any part of it is ill, the whole body shares its sleeplessness and fever" -Prophet Muhammad (P.B.U.H.)

Best Regards,
Faridul Farhan Abd Wahab
Electrical Engineer
Jimah O&M Sdn. Bhd.
2 x 700MW Coal Fired Power Plant Project
PT 7308 & PT 7309,
Mukim Jimah, Daerah Port Dickson,
Negeri Sembilan Darul Khusus.
(Tel: 06-658 1158/ 06-658 1149 Ext: 1090)
Email:
faridul@jimahev.com
visit http://www.harunyahya.com




------------------------------------------------------------------------------------------------


From: pamela.shea


Sent: Monday, July 02, 2007 6:29 PM


To: Faridul Farhan


Subject: Re: Apology and Clarification



Dear En Faridul,




Thank you very much for you explanation. I am a Malaysian too, so I truly understand your actions for not shaking my hand & I respect your religion. There was no hard feeling at all.




In fact, I am very happy to meet you & your team of very friendly & cheerful gentlemens. I look forward to working with everyone of them.




Best regards,


Pamela Shea

0 Comments:

Post a Comment

<< Home

Ukhwah.com :: Top Blog